ACHMAD SYAFII MAARIF dilahirkan pada 31 mei 1935 di sebuah desa udik di Sumpurkudus, Sumatra Barat, sebuah daerah yang sumber penghasilannya dari perdagangan serba kecil dan tani. Putra Bungsu dari empat bersaudara pasangan Ma'rifah Rauf dan Fathiyah ini, waktu ecilnya mempunyai hobi menjala, memancing ikan dan menembakd dengan 'bedil' angin. Disamping itu dia juga aktif berolah raga joging, badminton serta tenis meja, tapi sekarang yang tersisa hanya joging dan Badminton
Sebelum meraih Ph.D di Chicago, Syafii kecil memulai pendidikannya di sekolah rakyat neegri, tetapi tidak punya ijazah, sebab masih zaman revolusi, dan merangkap di Madrasah Mualimin Lintau, Sumatra Barat sampai kelas tiga. Sebelum ke Lintau dia nggangur tiga tahun karena revolusi, kemudian dia belajar di Mualimin Yogjakarta sampai selesai
Lulus di Yogyakarta di ditugaskan ke Lombok Timur sebagai pengajar sekolah Muhammadiyah selama satu tahun, lalu pindah ke Jawa memulai belajar di FKIP Cokroaminoto Solo sampai sarjana muda pada usianya 29 tahun, di kampus inilah dia aktif di HMI cabang Solo dan menjadi ketua bidang pendidikan HMI cabang Solo periode 1963-1964. Dan pada tahun 1968 menyelesaikan sarjananya di FKIP Yogyakarta. Kemudian, meninggalkan Indonesia untuk belajar sejarah pada program master di universitas Ohio, AS
Guru besar UNY Yogyakarta ini jugapernah menjadi dosen pasca sarjana IAIN Yogyakarta. Dan sebelumnya terpilih menjadi ketua PP Muhammadiyah pada 1999-2004, tokoh yang juga pernah aktif di GPII dan pemuda Muhammadiyah, menggantikan Amien Rais yang memilih serius di partai politik PAN, walapun sesuasan sangat menyedihkan saat dua putranya, hanya tinggal Muhammad Hafizh yang baru selesai S2 di Roterdam Belanda jurusan Manajemen perkotaan (S.J Arifin 2004.Elkasa)
VISI Dunia International
Syafii berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus lebih mengintensifkan dengan Masyarakat Eropa, khususnya Belanda dan Jerman. Alasannya pertama; mereka telah banyak membantu Indonesia, dan masa depan mereka bisa menjadi 'kompetitor' Amerika Serikat dan ini adalah asas paling penting bagi politik luar negeri Indonesia, walapun pendapat ini dimungkinkan para diplomat EU selalu memberikan 'Conflict manajement' pada anti Amerika dan Israel, sehingga, yang terjadi di Jakarta bahwa gerakan anti-semitic dan Israel telah mendapat dukungan dan pengaruhnya dari para kebijakan kebijakan anggota EU dan para diplomatnya (S.J Arifn 2004) dari sinilah gerakan anti semitic berkembang dan mendapat dukungan dari para deplomat EU di Jakarta
Maarif, yang juga akrab dengan panggilan Syafii, ahli di bidang pemikiran Islam. Ia mengambil seluruh pendidikan menengahnya di Mualimin Muhammadiyah. Mula-mula di Lintau, Sumatera Barat, kemudian di Yogyakarta. Setelah mengambil pendidikan FKIP Cokroaminoto Surakarta di Solo, ia kembali ke Yogyakarta untuk menyelesaikan FKIS IKIP, 1968. Syafii juga bekas aktivis HMI Surakarta. Saat ini Pak Syafii juga menjabat sebagai Ketua PP Muhammadiyah Sebelum meraih Ph.D di Chicago, Syafii kecil memulai pendidikannya di sekolah rakyat neegri, tetapi tidak punya ijazah, sebab masih zaman revolusi, dan merangkap di Madrasah Mualimin Lintau, Sumatra Barat sampai kelas tiga. Sebelum ke Lintau dia nggangur tiga tahun karena revolusi, kemudian dia belajar di Mualimin Yogjakarta sampai selesai
Lulus di Yogyakarta di ditugaskan ke Lombok Timur sebagai pengajar sekolah Muhammadiyah selama satu tahun, lalu pindah ke Jawa memulai belajar di FKIP Cokroaminoto Solo sampai sarjana muda pada usianya 29 tahun, di kampus inilah dia aktif di HMI cabang Solo dan menjadi ketua bidang pendidikan HMI cabang Solo periode 1963-1964. Dan pada tahun 1968 menyelesaikan sarjananya di FKIP Yogyakarta. Kemudian, meninggalkan Indonesia untuk belajar sejarah pada program master di universitas Ohio, AS
Guru besar UNY Yogyakarta ini jugapernah menjadi dosen pasca sarjana IAIN Yogyakarta. Dan sebelumnya terpilih menjadi ketua PP Muhammadiyah pada 1999-2004, tokoh yang juga pernah aktif di GPII dan pemuda Muhammadiyah, menggantikan Amien Rais yang memilih serius di partai politik PAN, walapun sesuasan sangat menyedihkan saat dua putranya, hanya tinggal Muhammad Hafizh yang baru selesai S2 di Roterdam Belanda jurusan Manajemen perkotaan (S.J Arifin 2004.Elkasa)
VISI Dunia International
Syafii berpendapat bahwa bangsa Indonesia harus lebih mengintensifkan dengan Masyarakat Eropa, khususnya Belanda dan Jerman. Alasannya pertama; mereka telah banyak membantu Indonesia, dan masa depan mereka bisa menjadi 'kompetitor' Amerika Serikat dan ini adalah asas paling penting bagi politik luar negeri Indonesia, walapun pendapat ini dimungkinkan para diplomat EU selalu memberikan 'Conflict manajement' pada anti Amerika dan Israel, sehingga, yang terjadi di Jakarta bahwa gerakan anti-semitic dan Israel telah mendapat dukungan dan pengaruhnya dari para kebijakan kebijakan anggota EU dan para diplomatnya (S.J Arifn 2004) dari sinilah gerakan anti semitic berkembang dan mendapat dukungan dari para deplomat EU di Jakarta
Anak bungsu di antara empat bersaudara ini kemudian pergi ke AS untuk mendalami ilmu pemikiran Islam pada Universitas Chicago, Illinois. Di sanalah ia meraih gelar doktor pada 1982, dengan disertasi Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia
Maarif rajin berseminar dan menulis, dan sebagian besar karangannya mengenai Islam. Bukunya antara lain berjudul Dinamika Islam dan Islam, Mengapa Tidak? kedua-duanya diterbitkan oleh Shalahuddin Press, 1984. Kemudian Islam dan Masalah Kenegaraan, yang diterbitkan oleh LP3ES, 1985.
Sebagai kolumnis, dosen Pasca-Sarjana IAIN Yogyakarta yang sehari-harinya mengajar di FP IPS IKIP Yogyakarta ini menulis artikel di majalah Panji Masyarakat, Suara Muhammadiyah, Genta, di samping di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Menikah dengan Nurkhalifah, ia ayah seorang anak laki-laki. Ia menggemari olah raga tenis meja, bulu tangkis, catur, di samping menonton sepak bola dan menembak burung.
0 komentar:
Posting Komentar